Senin, 08 Agustus 2016

Menelusuri Deleng Simpulonangin


Simpulonangin, mungkin nama ini belum banyak diketahui dikalangan pendaki pemula. Simpulonangin merupakan sebuah bukit yang terletak di kawasan Bandar Baru Berastagi. Bukit ini menjadi batas antara Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten Karo Sumatera Utara. Kawasan ini terbilang masih belum terjamah dengan kondisi hutan yang masih sangat alami karena bukit ini sebenarnya bukan untuk pendakian umum tetapi biasa digunakan untuk pendidikan dasar organisasi atau komunitas pecinta alam yang ada di Sumatera Utara.

Perjalanan dimulai tanggal 15 Juli 2016 bersama Komunitas Ubi Kayu dengan menumpang sebuah mobil Pickup sekitar pukul 4 sore dari kawasan Tembung menuju Simpang Pos Padang Bulan, kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan Bus Sutra menuju Bandar Baru. Barulah sekitar pukul 7 malam kami sudah tiba di Bandar Baru dan melanjutkan dengan berjalan kaki memasuki perkampungan desa Perkentangan menuju arena paralayang Perkentangan atau sering disebut Puncak Bukit Gundul. Sekitar pukul 9 malam kami tiba di Paralayang Perkentangan dan memutuskan untuk bermalam disini dan melanjutkan perjalanan keesokan paginya. Sebelumnya tempat ini sangat populer untuk tempat camp namun baru - baru ini dibuka untuk tempat olahraga paralayang.


Puncak Gundul / Paralayang Perkentangan

Puncak Gundul / Paralayang Desa Perkentangan


Kondisi angin di lokasi ini sangat kencang dan usahakan tenda di pasak ke tanah dengan baik atau lebih dianjurkan untuk menggunakan jenis tenda yang tidak terlalu tinggi. Di puncak ini kita bisa menikmati lampu kota Berastagi dari ketinggian dan biasanaya akan ada pengutipan retribusi kebersihan.


Jalur Pendakian Menuju Simpulonangin


Jalur pendakian menuju Simpulonangin adalah jalur yang menyenangkan. Sepanjang jalan menuju pintu rimba kita disuguhkan oleh pemandangan hutan bambu kemudian perkebunan kopi warga. Tidak banyak orang yang mendaki bukit ini bahkan terbilang tidak ada. Dan saat kami mulai memasuki kawasan pintu rimba kondisinya sangat semak bahkan tidak terlihat jalur sama sekali. Kami memutuskan untuk membuka jalur dikarenakan jalur lama yang sudah tidak bisa dilalui. Dulunya terdapat tanda berupa pita yang diikatkan di pohon mungkin sekarang sudah hilang.

Perkebunan kopi warga menuju pintu rimba


Beberapa menit memasuki hutan kami menemukan rute lama dengan tanda pita di pohon. Tetapi kondisi hujan sedikit menyulitkan perjalanan ditambah kondisi tanah yang gembur membuat tanah seolah menyimpan air saat diinjak. Selain itu lintah dan pacet masih sangat banyak dikawasan ini juga suara monyet yang menggema menambah seru jalur yang kami lalui.Tidak ada shelter atau pos pemberhentian di jalur ini, tetapi kita bisa berhenti dimana saja yang kita inginkan.


Puncak Simpulonangin

Setelah berjalan sekitar 2 Jam kami tiba di puncak. Kondisi puncak Simpulonangin ini tidak seperti puncak gunung lain di Sumatera Utara. Kondisi puncaknya adalah belantara yang masih sangat alami tidak banyak yang bisa dilihat selain hitan belantara.

Pilar Simpulonangin

Berdiri sebuah monumen batu yang menjadi pilar dari titik tertinggi Kab Dei Serdang sekaligus pembatas antara Deli Serdang dengan Tanah Karo.


Jalur Turun

Jalur turun sebenarnya lebih singkat kita bisa melewati jalur yang nantinya menuju Pabrik AQUA atau timbangan lama dengan menyusuri cadas yang cukup terjal dan hal yang perlu diwaspadai adalah jalur ini sering berubah akibat longsor


Demikian sedikit ulasan tentang perjalanan mendaki Simpulonangin, Semoga bermanfaat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar